Rabu, 27 Juli 2011

Rabu, 27 Juli 2011 | 17:02 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Aksi mogok terbang para pilot PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. yang akan dilakukan besok dinilai tak akan terjadi jika pihak manajemen Garuda mau berkomunikasi dan mendengarkan aspirasi mereka. Pasalnya, hingga saat ini, pihak manajemen tak pernah mau duduk mendengarkan aspirasi para pilot yang tergabung dalam Asosiasi Pilot Garuda (APG) ini.

Kuasa hukum APG, Adnan Buyung Nasution menyatakan para pilot sebenarnya tidak bermaksud untuk menjatuhkan pihak manajemen karena tiga persoalan pelik yang menjadi tuntutan para pilot. Dalam beberapa waktu belakangan, APG ingin menempuh jalan perundingan.

Sayangnya, lanjut Adnan, aspirasi yang disampaikan oleh APG ternyata kurang direspon secara positif oleh pihak manajemen. Oleh karena itu, para pilot menempuh jalur mogok.

"Ini ekspresi kesungguhan dari para pilot, ini belum final. Ini peringatan saja, mudah-mudahan dengan mogok ini, pihak manajemen ini terbuka matanya menyelesaikan masalah yang ada. Karena sampai saat ini mereka tak merespon dengan baik. Ada kesan pada pilot-pilot ini, ada keangkuhan pada mereka (pihak manajemen), merasa berhasil, padahal harus mendengarkan aspirasi juga," kata Adnan Buyung dalam keterangan pers di Restoran Pulau Dua, Rabu (27/7/2011).

Adnan Buyung pun mengatakan sudah berulang kali menghubungi Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk, Emirsyah Satar. Adnan mengaku sudah meminta waktu kepada Emirsyah agar langsung mendengarkan aspirasi dari perwakilan APG. Namun, tak kunjung dipenuhi.

"Awalnya saya hubungi, Pak Emir bilang akan selesaikan internal dulu. Ada pertemuan Sabtu tapi tak menyelesaikan masalah dan dilanjutkan hari Senin. Pak Emir kemudian malah datang dengan seluruh jajaran direksi. Pak Emir tidak mendengarkan dulu permasalahan tapi malah langsung memaparkan visi misi perusahaan. Begini saja, saya bilang coba dengar dululah aspirasi APG," papar Adnan Buyung.

Seperti diberitakan sebelumnya, Ketua APG Captain Stephanus mengatakan APG telah menyampaikan aspirasi dalam sejumlah pertemuan dengan pihak manajemen tapi tak pernah direspon secara positif. Tak ada pula perundingan untuk mencari jalan keluar bersama yang ditawarkan oleh pihak APG.

Bahkan dalam pertemuan terakhir, Stephanus mengatakan ada indikasi dari pihak manajemen untuk memecah belah kesolidan para pilot. APG mengaku kecewa dengan pengelolaan manajemen Garuda Indonesia, terkait sumber daya manusia.

Menurut Stephanus, persoalan mencuat seiring munculnya kebijakan penambahan jumlah pesawat yang tidak diikuti dengan penambahan jumlah penerbang yang memadai. Untuk memenuhinya, manajemen Garuda pun mengisi kebutuhan itu dengan merekrut pilot dan first officer (FO) asing.

Sayangnya, pilot dan first officer (FO) lokal menangkap adanya sikap diskriminatif dari pihak manajemen terkait sistem remunerasi atau pendapatan antara pilot dan FO asing dengan pilot dan FO lokal. Akibatnya, terjadi kesenjangan yang timpang di antara keduanya yang dinilai dapat berdampak pada keselamatan penerbangan.

Selain itu, penambahan jumlah pesawat juga tidak diimbangi dengan jumlah penerbangan yang memadai. Oleh karena itu, berdampak pada jadwal para pilot dan FO yang semakin padat. Menurut peraturan penerbangan internasional, kelebihan jadwal bisa berdampak pada keselamatan penumpang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar